Selasa, 10 Juli 2012

Bubut


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
            Pada saat sekarang ini, perkambangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat pesat. Sehingga membutuhkan tenaga ahli untuk dapat menggunakan alat-alat teknologi tersebut.
            Praktikum pemesinan khususnya dalam pembubutan merupakan langkah awal untuk membuat mahasiswa agar dapat mengopersikannya alat industri. Karena tanpa ada campur tangan menusia maka alat-alat tersebut tidak dapat beroperasi atau bekerja dengan baik.
            Jadi praktikum ini sebagai langkah awal untuk membawa kita pada dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dimana kita dapat melakukan berbagai pekerjaan baik itu dalam dunia Industri maupun dalam lingkungan masyarakat.

1.2 Tujuan
            Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1.   Supaya mahasiswa dapat mengenal alat-alat yang digunakan dalam praktikum khususnya dalam pembubutan.
2.   Supaya mahasiswa dapat mengoperasikan alat bubut dengan baik .
3.   Supaya mahasiswa mampu mengoperasikan mesin-mesin dengan baik dalam dunia kerja.

1.3 Manfaat
            Adapun manfaat yang akan dicapai dari praktikum ini adalah :
1.   Mahasiswa dapat  menerapkan dari teori yang telah dipelajari pada teknik pemesinan.
2.   Mahasiswa dapat membuat ide-ide kreatif yang  bisa berguna di masa yang akan datang.
3.   Mahasiswa dapat modal dasar untuk masuk dalam dunia kerja.
4.   Mahasiswa dapat  menyalurkan imu yang didapat kepada orang lain.
1.4 Sistematika Penulisan
            Adapun sistematika dari laporan praktikum in adalah :
Bab I   Pendahuluan
            Terdiri dari latar belakang, tujuan, manfaat, dari pelaksanaan praktikum pemesinan khususnya dalam bubut.

Bab II Teori Dasar.
            Merupakan teori dasar dalam pelaksanaan pratikum pemesinan khususnya dalam bubut.

Bab III Alat dan Bahan.
               Menjelaskan alat-alat yang digunakan dan bahan yang dikerjakan pada praktikum pemesinan khususnya mesin bubut.

Bab IV Prosedur Kerja
               Menjelaskan tentang bagaimana langkah-langkah dalam pembuatan benda kerja dalam praktikum pemesinan khususnya mesin bubut.

Bab V Pembahasan
               Menjelaskan tentang perhitungan-perhitungan dalam praktikum pemesinan khususnya mesin bubut.

Bab VI Kesimpulan dan Saran.
               Berisikan tentang kesimpulan dari praktikum yang dilakukan dan saran yang bersifat membangun untuk melaksanakan praktikum.






BAB II
TEORI DASAR


2.1 Mesin Bubut
            Mesin ini biasanya digunakan untuk mengerjakan benda kerja yang berbentuk selindris dengan sistem kerja tool bergerak kearah kanan dan kiri atau bergerak mendekati dan menjauhi operator. Sedangkan benda kerja berputar pada sumbu dengan arah putaran searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam.
Gambar 2.1 Mesin Bubut.

2.2 Definisi Mesin Bubut
            Mesin bubut adalah mesin perkakas yang terbuat dari bahan baja yang berfungsi untuk membuat benda kerja dengan gerak utama berputar. Prinsip kerja mesin bubut adalah benda kerja berputar searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam dengan dengan melakukan gerak makan dan pahat bergerak ke arah kiri dan kanan dengan melakukan gerak potong. Pekerjaan yang biasa dilakukan dengan mesin bubut diantaranya adalah :
      a).  Bubut rata luar
      b).  Bubut rata dalam
      c).  Bubut tirus
      d).  Bubut bertingkat
      e).  Bubut rata permukaan
      f).  Bubut alur
      g).  Bubut ulir
      h).  Bubut kartel
      i).   Bor atau lubang
Gambar 2.2 Mesin Bubut.

2.3 Bagian- bagian Mesin Bubut
            Adapun bagian-bagian dari mesin bubut adalah :
   1.      Bed Mesin.
         Bed mesin ini berfungsi untuk mendukung semua bagian utama yang terdapat pada mesin bubut
Gambar 2.3 Bed Mesin.
   2.      Kepala Lepas.
         Kepala lepas ini terletak disebelah kanan dan dipasang diatas bed. Kepala lepas ini berfungsi untuk menyangga benda kerja dengan bentuan senter, baik itu senter putar atau senter jalan.
  
Gambar 2.4 Kepala Lepas.
  
   3.      Kepala Tetap.
         Kepala tetap ini terletak disebelah kiri yang berbentuk sebuah kotak yang sangat kuat. Kepala tetap ini berfungsi sebagai sumber pengerak dari chuck dengan bantuan roda gigi dan sabuk yang digerakkan oleh motor.
Gambar 2.5 Kepala Tetap.
   4.      Eretan
         Eretan berfungsi untuk mengerakkan pahat bubut yang bergerak sepanjang landasan dengan cara otomatis atau manual kearah kiri maupun kanan.
Gambar 2.6 Eretan.

      Bagian –bagian dari eretan :
         a).  Eretan alas.
Eretan alas adalah eretan yang kedudukannya pada alas mesin dan bergerak sepanjang alas mesin bubut dengan gerakan ke kanan dan ke kiri
         b).  Eretan atas
Eretan atas adalah eretan yang terletak di atas eretan lintang yang sejajar dengan eretan alas dan diikat dengan dua buah baut pengikat.
         c).  Eretan lintang.
Eretan lintang terletak di atas dan kedudukannya melintang terhadap alas mesin dan bed. Gerakannya melintang yaitu menjauhi atau mendekati operator baik yang digunakan dengan manual maupun otomatis.




   5.      Batang ulir penghantar
         Betang ulir penghantar berfungsi untuk memindahkan gerak pemakanan pada pembuatan ulir. Memenjang sepanjang landasan yang terpasang disamping apron.

6.      Poros pembawa.
         Sebagai tambahan pada batang ulir pengantar, dipasang sebuah poros pembawa untuk mengerakan eretan bawah atau eretan lintang sewaktu pembubutan secara otomatis. 

   7.      Tool post
         Tool post berfungsi untuk menjepit benda kerja yang diberi tiga baut pengunci pada empat bagian
Gambar 2.7 Toll Post.

2.4 Perlengkapan Mesin Bubut
            Mesin bubut dilengkapi dengan beberapa perlengkapan yang berfungsi untuk membantu dalam menngoperasikan mesin tersebut, diantaranya :
   1.      Chuck (Pencekam).
         Pencekan atau chuck berfungsi untuk menjepit benda kerja yang dikerjakan pada mesin bubut. Pencekam ada beberapa jenis, diantaranya :


            a).  Cekam rahang dua
Cekam rahang dua ini, daunnya dapat menjepit benda kerja bulat dan persegi empat yang kecil.
            b).  Cekam rahang tiga
cekam rahang tiga ini, daunnya dapat menjepit benda kerja bulat dan persegi beraturan yang habis dibagi tiga.
Gambar 2.8 Cekam Rahang Tiga.
            c).  Cekam rahang empat.
Cekam rahang empat ini, mempunyai empat rahang penjepit yang pada permukaannya ada yang rata dan ada yang bergaris, hal ini bertujuan untuk mempercepat benda kerja yang sentris.
Gambar 2.9 Cekam Rahang Empat.

            d).  Cekam rata.

Gambar 2.10 Cekam Rahang Rata.  
3.      Senter
         Senter berfungsi untuk menyangga atau menahan benda kerja yang akan dikerjakan.
         Untuk senter bubut terdapat dalam beberapa jenis senter sesuai bentuk dan fungsinya diantaranya ialah:
            a).  Senter tetap.
Senter tetap biasanya digunakan untuk menahan benda keja yang kecil dan panjang dengan bantuan pelumas agar benda kerja bisa berputar dengan baik tanpa getaran yang kuat.
Gambar 2.11 Senter Tetap.

         b).  Senter putar.
Senter jenis ini dibagian kepalanya dilengkapi dengan rol sehingga bisa berputar dan bentuk senter ini juga berbeda-beda ada yang besar, sedang dan kecil.
Gambar 2.12 Senter Putar.
     
            c).  Senter pipa.
Senter ini biasanya digunakan untuk benda kerja yang berlobang besar dan sesuai dengan bentuk senter tersebut.
Gambar 2.13 Senter Pipa.

   4.      Pahat.
         Pahat ialah alat yang digunakan untuk memotong atau menyayat dan membentuk benda kerja pada proses pembubutan.
            Adapun jenis-jenis pahat yaitu :
            a).  Pahat potong.
            b).  Pahat alur.
            c).  Pahat serot.
            d).  Pahat serong 45o.
            e).  Pahat pisau kanan
            f).  Pahat lurus bulat
            g).  Pahat ulir luar
            h).  Pahat rata muka
            i).   Pahat rata bulat
            Adapun bahan-bahan pahat bubut yang sering digunakan ialah antara lain :
            a).  Alloy steel (Baja campuran yang mengandung tungsten)
            b).  Ceramic (tool)
            c).  Tool steel (baja karbon tinggi)
            d).  Intan (Diamond)
            e).  Baja kabon tinggi (HSS)
Gambar 2.14 Pahat Bubut.

   5.      Penyangga.
         Penyanggga berfungsi untuk menahan benda kerja yang panjang dan berdiameter besar yang dipasang pada bed mesin bubut dan diikat dengan beberapa buah baut pengikat penyangga.

2.5 Elemen Dasar Mesin Bubut
            Elemen dasar dari  mesin bubut dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan dengan kondisi pemotonngan sebagai berikut :
   1.      Kecepatan potong (cutting)                : v                    (m/min).
            v = p . d . n / 1000 ;    (m/min).
            dimana, d = (do + dm) / 2 ;       (mm).
   2.      Kecepatan makan (feeding)                : vf                    (mm/min).
            vf = f . n ;         (mm/min).
            Semakin besar nilai n, maka nilai vf  juga semakin besar.
   3.      Kedalaman potong                              : a                    (mm).
            a = do – dm / 2 ;                        (mm).
   4.      Waktu pemotongan (cutting time)      : tc                    (min).
            tc = lt / vf ;        (min)
            dimana lt = panjang benda kerja.
   5.      Kecepatan penghasil geram                : z                    (cm3/ min).
            z = f . a . v ;     (cm3/ min).

Tabel 2.1 Daftar kecepatan potong.
Bahan yang digunakan
Untuk pekerjaan

Unutk pemotongan
Bahan pendingin yang digunakan

Bor
Bubut
Sekrap
Frais

Kasar
Halus
Ulir

Mild steel
80
100
65
100

90
100.
35
Souble oil
H C steel
40
50
40
50

70
90
30
Souble oil
Cast iron
50
50
40
80

60
80
25
Tanpa coolent
Stanlees steel
65
65
50
90

80
95
30
Souble oil
Brass
160
190
100
300

150
200
60
Tanpa coolant
Capper
180
190
100
300

180
250
50
Souble oil
Bronse
65
65
50
100

90
100
25
Tanpa coolant
Aluminium
190
330
130
500

200
300
60
Terpeling koreses
Zink
100
130
100
250

150
200
45

Plastik
160
160
120
200

140
200
40

Tool steel
30
50
30
70

50
75
20
Souble oil


2.6 Penggunaan Toleransi
            Toleransi adalah penyimpangan ukuran yang diizinkan pada pengerjaan dengan menggunakan mesin, toleransi maksimun dam minimun.
            Adapun jenis-jenis toleransi diantaranya sebagai berikut :
   1.      Toleransi geometrik
         Oleh kerena ketidak telitian dalam pengerjaan yang tidak dapat dihindari, suatu alat tidak dapat dibuat setepat ukuran yang diminta. Agar persyaratan dapat dipenuhi ukuran yang sebenarnya diukur pada benda kerja boleh terletak diantara dua ukuran yang diizinkan. Perdedaan dua batas ukuran tersubut disebut teloransi.


2.      Toleransi konfigurasi permukaan
         Kekasaran permukaan dari bagian-bagian mesin dan juga bekas pengerjaannya merupakan faktor yang sanngat penting untuk menjamin mutu bagian-bagian.

Tabel 2.2 Lambang sifat elemen yang diberi toleransi
Panjang dari sisi
yang pendek
Sifat yang diberi toleransi
simbol
Elemen tunggal

Kelurusan


Kedataran


Kebulatan


Keselindrisan
Elemen tunggal atau berhubungan

Profil Garis



Profil Permukaan

Elemen- elemen yang berhubungan
Toleransi oreintasi
Kesejajaran


Ketegaklurusan


Ketirusan

Toleransi lokasi
Posisi





2.7 Jenis-jenis Mesin Bubut
   1.   Mesin bubut standart
Gambar 2.15 Mesin Bubut Standart

      a.      Hendel untuk membalikan arah perputaran utama
      b.   Tuas untuk mengerakkan paksi utama
      c.      Poros potong bubut atau sekrup hantar
      d.   Tiga genggaman yang memusat sendiri
      e.      Handel untuk kunci mur
      f.    Pemegang pahat
      g.   Eretan atas
      h.   Sentar dalam kepala lepas
      i.    Eretan melintang
      j.    Alas mesin (landasan eretan)
      k.   Kepala lepas
      m.  Roda tangan untuk memindahkan kepala lepas
      n.   Tuas untuk mengatur jumlah perputaran poros catur awal
      o.   Tuas untuk poros catur awal
      p.   Roda tangan untuk memindahkan suport
      q.   Lemari kunci
      r.    Tuas untuk menjalankan catur awal lewat poros catur awal
      s.    Poros catur awal
   2.   Mesin bubut korsel.

Gambar 2.16 Mesin Bubut Kersel.

   3.   Mesin bubut tugas berat.

Gambar 2.17 Mesin Bubut Tugas Berat.


4.   Mesin bubut terret vertical.

Gambar 2.18 Mesin Bubut Turret Vertical.

   5.   Mesin bubut otomat.
Gambar  2.19 Mesin Bubut Otomat.

6.   Mesin bubut revolver.
Gambar 2.20 Mesin Bubut Revolver.
7.   Mesin bubut turret horizontal otomatis.
Gambar 2.21 Mesin Bubut Turret Horizontal Otomatis.

8.   Mesin bubut kepala.

Gambar 2.22 Mesin Bubut Kepala.








BAB III
ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat.
            Adapun alat yang digunakan dalam praktikum pemesinana khususnya mesin bubut adalah :

      1.   Jangka sorong.
      Digunakan untuk mengukur benda kerja baik untuk mengukur kedalaman, panjang dan diameter.
Gambar 3.1 Jangka Sorong.

2.   Kunci pas.
      Digunakan untuk mengencangkan atau melonggarkan baut yang terdapat pada eretan atau pada mesin bubut.

Gambar 3.2 Kunci Pas.

3.   Senter.
      Digunakan untuk menyangga benda kerja pada saat melakukan pembubutan.

Gambar 3.3 Senter.

4.   Drill.
      Digunakan untuk membuat lubang pada saat melakukan pembubutan.

Gambar 3.4 Drill.

5.   Pahat.
      Digunakan untuk memotong benda kerja dalam melakukan pembubutan.
Gambar 3.5 Pahat.


6.   Senter Drill.
      Digunakan untuk melubangi benda kerja pada awal pekerjaan yang akan dibubut dan tempat senter benda kerja.

Gambar 3.6 Center Drill.


      7.   Kunci chuck.
      Digunakan untuk mengunci chuck atau membuka chuck pada saat melakukan pembubutan.

Gambar 3.7 Kunci Chuck.

      8.   Kunci tool post.
      Digunakan untuk mengencangkan atau melonggarkan tool post pada mesin bubut.

Gambar 3.8 Kunci Tool Post.
3.2 Bahan
            Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum mesin bubut adalah sebagai berikut :
      1.   Benda kerja I.
            Bahan yang digunakan adalah Aluminium, dengan ukuran :
            Panjang :      21 mm.
            Diameter : 64 mm.
Gambar 3.9 Benda Kerja I.

      2.   Benda Kerja II.
            Bahan yang digunakan adalah Baja ST 37, dengan ukuran :
            Panjang :      100 mm.
            Diameter : 25,2 mm.
Gambar 3.102 Benda Kerja II.
      3.   Benda Kerja III.
            Bahan yang digunakan adalah Baja ST 37, dengan ukuran :
            Panjang :      24 mm.
            Diameter : 51 mm.
Gambar 3.11 Benda Kerja III.

      4.   Benda kerja IV.
            Bahan yang digunakan adalah Baja ST 37, dengan ukuran :
            Panjang : 119 mm.
            Diameter : 16 mm.
Gambar 3.12 Banda Kerja IV.




BAB IV
PROSEDUR KERJA


4.1 Prosedur Umum
      1.   Alat bdan bahan yang akan digunakan dipersiapkan.
      2.   Gambar benda kerja yang akan dikerjakan diamati.
      3.   Benda kerja diukur dengan menggunakan jangka sorong.
      4.   Mesin diaktifkan.
            a.      Tombol utama dinyalakan.
            b.   Putar kontak kearah ON (pada mesin bubut).
            c.      Kemudian tombol ditekan untuk mengaktifkan mesin bubut.
4.2 Prosedur Benda Kerja I
      1.   Benda kerja dijepit dengan menggunakan chuck  yang telah terpasang pada mesin bubut, dengan permukaan A menghadap kerluar.
Gambar 4.1 Posis Benda Kerja I.

      2.   Kemudian chuck dikiunci dengan menggunakan kunci chuck.
      3.   Kemudian tool holder dipasang pada tool post sebagai tempat pahat.
      4.   Pahat dipasang pada tool holder dan dikunci dengan menggunakan kunci kombinasi 8 mm.
      5.   Kemudian senter dipasang pada kepala lepas.
      6.   Kemudian ditentukan senter pahat atau titik pusat, agar tidak ada sisa benda kerja pada saat pembubutan rata muka.
      7.   Kemudian atur posisi pahat sesuai dengan keinginan operator, kemudian dikunci dengan menggunakan kunci tool post.
      8.   Benda kerja dibubut dengan melakukan bubut rata muka dengan cara :
            a).  Pahat digerakkan menuju benda kerja.
            b).  Kemudian chuck panel pemutar ditekan ke bawah, maka chuck dan benda kerja akan berputar berlawanan arah jarum jam.
            c).  Kemudian dilakukan bubut rata muka dengan menggurangi bagian depan benda kerja.
            d).  Pahat digerakkan maju dengan menggunakan pemutar eretan melintang.
      9.   Pembubutan rata muka dilakukan pada kedua bagian benda kerja hingga panjang benda kerja sesuai dengan ukuran yang diminta yaitu 17+0,25 mm.
      10. Setelah dilakukan kedua permukaan benda kerja rata, kemudian dilakukan pengedrillan dengan cara :
            a).  Senter putar diganti dengan senter drill.
            b).  Kemudian benda kerja dibuat lubang denga kedalam 3 mm.
            c).  Kemudian senter drill diganti dengan menggunakan mata drill 12 mm.
            d).  Kemudian dilakukan pengedrillan sehingga benda kerja tembus.
            e).  Kemudian diganti dengan mata drill 15 mm.
            f).  Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan drill 20 mm.
      11. Kemudian dilakukan bubut dalam dengan menggunakan pahat bubut dalam.

4.3 Prosedur Benda Kerja II
      1.   Benda kerja dijepit dengan menggunakan chuck  yang telah terpasang pada mesin bubut, dengan permukaan A menghadap kerluar.
Gambar 4.2 Posisi Benda Kerja II.

      2.   Kemudian chuck dikiunci dengan menggunakan kunci chuck.
      3.   Kemudian tool holder dipasang pada tool post sebagai tempat pahat.
      4.   Pahat dipasang pada tool holder dan dikunci dengan menggunakan kunci kombinasi 8 mm.
      5.   Kemudian senter dipasang pada kepala lepas.
      6.   Kemudian ditentukan senter pahat atau titik pusat, agar tidak ada sisa benda kerja pada saat pembubutan rata muka.
      7.   Kemudian atur posisi pahat sesuai dengan keinginan operator, kemudian dikunci dengan menggunakan kunci tool post.
      8.   Benda kerja dibubut dengan melakukan bubut rata muka dengan cara :
            a).  Pahat digerakkan menuju benda kerja.
            b).  Kemudian chuck panel pemutar ditekan ke bawah, maka chuck dan benda kerja akan berputar berlawanan arah jarum jam.
            c).  Kemudian dilakukan bubut rata muka dengan menggurangi bagian depan benda kerja.
            d).  Pahat digerakkan maju dengan menggunakan pemutar eretan melintang.
      9.   Kemudian dilakukan bubut memanjang hingga diameter bendda kerja menjadi 24 mm dengan panjang 45 mm.
      10. Kemudian pada permukaan A dibuat lubang dengan menggunakan senter drill.
      11. Kemudian benda kerja dilepas dari chuck.
      12. Benda kerja dijepit kembali dengan sisi B berada diluar.
Gambar 4.3 Posisi Benda Kerja II Sisi B Keluar.

      13. Kemudian dilakukan bubut rata muka pada permukaan B sehingga panjang benda kerja menjadi 95 mm.
      14. Kemudian dilakukan bubut memanjang sepanjang 10 mm dengan diameter 13 mm.
      15. Kemudian eretan lintang diubah menjadi kemiringan 80.
      16. Kemudian benda kerja dibubut tirus sepanjang 40 mm dengan kemiringan 80.
      17. Kemudian benda kerja dilepas.
      18. Benda kerja dijepit denagn chuck dengan sisi a berada diluar.
      19. Bedna kerja didrill dengan menggunakan mata drill 12 mm hingga benda kerja tembus.
      20. Kemudian ujung sisi A dibuat radius dengan R2.
      21. Kemudian benda kerja dilepas dari chuck.

4.4 Prosedur Benda Kerja III
      1.   Benda kerja dijepit dengan menggunakan chuck  yang telah terpasang pada mesin bubut, dengan permukaan A menghadap kerluar.
Gambar 4.4 Posisi Benda Kerja III.
  
      2.   Kemudian chuck dikiunci dengan menggunakan kunci chuck.
      3.   Kemudian tool holder dipasang pada tool post sebagai tempat pahat.
      4.   Pahat dipasang pada tool holder dan dikunci dengan menggunakan kunci kombinasi 8 mm.
      5.   Kemudian senter dipasang pada kepala lepas.
      6.   Kemudian ditentukan senter pahat atau titik pusat, agar tidak ada sisa benda kerja pada saat pembubutan rata muka.
      7.   Kemudian atur posisi pahat sesuai dengan keinginan operator, kemudian dikunci dengan menggunakan kunci tool post.
      8.   Benda kerja dibubut dengan melakukan bubut rata muka dengan cara :
            a).  Pahat digerakkan menuju benda kerja.
            b).  Kemudian chuck panel pemutar ditekan ke bawah, maka chuck dan benda kerja akan berputar berlawanan arah jarum jam.
            c).  Kemudian dilakukan bubut rata muka dengan menggurangi bagian depan benda kerja.
            d).  Pahat digerakkan maju dengan menggunakan pemutar eretan melintang.
      9.   Benda kerja didrill dengan menggunakan senter drill.
      10. Dilanjutkan dengan menggunakan mata drill 15 mm hingga tembus.
      11. Kemudian sisi A dichemper  1x45o.
      12. Kemudian posisi benda  kerja diubah dengan sisi B berada diluar.
      13. Kemudian dilakukan bubut rata muka pada sisi B hingg panjang benda kerja menjadi 20 mm.
      14. Kemudian dilakukan bubut dalam dengan menggunakan pahat bubut dalam.
      15. Kemudian lubang yang berdiameter 15 mm dibubut hingga berdiameter 25 mm dengan kedalaman 10 mm.
      16. Kemudian ujung benda kerja dichamper.
      17. Bedna kerja dilepas.
      18. Benda kerja dipasang pada mandrel dan dijepit pada chuck.
      19. Benda kerja dibubut dengan kedalaman 6 mm dengan membentuk sudut 90o.
      20. Benda kerja dilepas dari chuck dan diukur.

4.5 Prosedur Kerja IV
      1.   Benda kerja dijepit dengan menggunakan chuck  yang telah terpasang pada mesin bubut, dengan permukaan A menghadap kerluar.
Gambar 4.5 Posisi Benda Kerja IV.

      2.   Kemudian chuck dikiunci dengan menggunakan kunci chuck.
      3.   Kemudian tool holder dipasang pada tool post sebagai tempat pahat.
      4.   Pahat dipasang pada tool holder dan dikunci dengan menggunakan kunci kombinasi 8 mm.
      5.   Kemudian senter dipasang pada kepala lepas.
      6.   Kemudian ditentukan senter pahat atau titik pusat, agar tidak ada sisa benda kerja pada saat pembubutan rata muka.
      7.   Kemudian atur posisi pahat sesuai dengan keinginan operator, kemudian dikunci dengan menggunakan kunci tool post.
      8.   Benda kerja dibubut dengan melakukan bubut rata muka dengan cara :
            a).  Pahat digerakkan menuju benda kerja.
            b).  Kemudian chuck panel pemutar ditekan ke bawah, maka chuck dan benda kerja akan berputar berlawanan arah jarum jam.
            c).  Kemudian dilakukan bubut rata muka dengan menggurangi bagian depan benda kerja.
            d).  Pahat digerakkan maju dengan menggunakan pemutar eretan melintang.
      9.   Lepas benda kerja dan diperpanjang.
      10. Benda kerja dijepit dibantu dengan senter putar       
      11. Dilakukan bubut memanjang sepanjang 109 mm dengan diameter 8 mm.
      12. Kemudian dilakukan bubut memanjang sepanjang 15 mm dengan diameter 6 mm.
      13. Benda kerja dilepas.
      14. Benda kerja diubah posisinya dengan permukaan B berada diluar.
      15. Pada ujung benda kerja dibuat ulir M6 dengan ukuran 1 picth.
      16. Banda kerja dilepas.
      17. Benda kerja diukur dengan menggunakan jangka sorong.














BAB V
PEMBAHASAN


5.1 Benda Kerja I
            Diketahui :
            Panjang benda kerja : 21,02 mm.
            Panjang yang ditentukan : 17+0,25 mm
            Diameter awal benda kerja ( do): 61,2 mm
            Diameter akhir benda kerja (dm): 52,4 mm
            Ditanya:
            a).  Kedalamam potong ?
            b).  Panjang benda kerja yang dibuang  (x) ?
            Penyelesaian :
            a).  Kedalamam potong (a)
                  a = (do - dm ) / 2
                  a = ( 61,2 – 52,4 ) / 2
                  a = (8,8)/2
                  a =4,4 mm.
            b).  Panjang benda kerja yang dibuang (x).
                  x = panjang benda kerja – panjang yang ditentukan
                     = 21,02 – 17 = 4,02 mm.

5.2 Benda Kerja II
            Diketahiu :
            Panjang benda kerja : 100 mm.
            Panjang benda kerja yang ditentukan : 95 mm
            Diameter benda kerja : 25,1 mm.
            Diameter yang ditentukan : 23 mm
            Ditanya :
            a).  Panjang benda kerja yang dibuang (x) ?
            b).  Kedalaman potong?
            Penyelesaian :
            a).  Panjang benda kerja yang dibuang (x) .
                  x = panjang benda kerja – panjang yang ditentukan
                     = 100 – 95 = 5 mm.
            b).  Kedalaman potong .
                  a = (do - dm ) / 2
                  a = ( 25,1 – 23 ) / 2
                  a = (2,1)/2
                  a =1,05 mm.

5.3 Analisa
            Ketika melakukan pembubutan terlebih dahulu dipelajari gambar benda kerja agar tidak terjadi kesalahan dalam membubut. Untuk membubut benda kerja yang panjang hendaklan dibuat lubang sedikit sebagai dudukan senter agar benda kerja sesuai dengan yang diharapkan.
            Pada saat melakukan pembubutan beri batas toleransi yang bertujuan untuk langkah finishing. Dalam membubut hendaknya mata tool yang digunakan dalam keadaan tajam, sehingga hasil bubutan halus dan rata. Sebelum melakukan pembubutan hendaknya diperiksa terlebih dahulu apa benda kerja telah terjepit dengan kuat, atau apa pahat telah terjepit dengan kuat agar tidak terjadi kecelakaan kerja pada saat melakukan pembubutan.









BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan
      1.   Menghitung kecepatan potong pada saat akan  melakukan pembubutan sangat penting, agar benda kerja selesai sesuai dengan waktunya.
      2.   Mengetahui kedalaman potong pada saat melakukan pembubutan sangat penting, agar operator mengetahui berapa ketebalan bend akerja yang akan dibubut.
      3.   Benda kerja akan kasar apabila pahat yang digunakan tidak tajam.
     
6.2 Saran
      1.   Kunci benda kerja dengan kuat sebelum melakukan pembubutan.
      2.   Dalam melakukan pembubutan jangan gegabah agar benda kerja sesuai dengan yang diinginkan.
      3.   Gunakan sebaik mungkin waktu yang diberikan, agar benda kerja selesai sesuai dengan waktunya.